PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH
Kedudukan Budi Pekerti atau Akhlak dalam kehidupan sehari-hari menempati posisi yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Jatuh-bangunnya, jaya-hancurnya, sejahtera-rusaknya suatu bangsa/masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlak atau budi pekerti warganya. Para pendahulu kita, jauh sebelumnya telah menyadari hal itu sehingga mereka memasukkan aspek budi pekerti ini dalam formulasi tujuan Pendidikan Nasional Indonesia seperti tertera dalam GBHN yang dinyatakan sebagai berikut.
"Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa".
Dalam perjalanan panjang dunia pendidikan Indonesia untuk mencapai tujuan di atas, banyak sekali tantangan yang mengejutkan sekaligus melecut semangat para pendidik untuk mencari pendekatan dan strategi baru dalam pendidikan.
Masih segar dalam ingatan kita bagaimana peristiwa kerusuhan Ambon dan rentetan peristiwa pemboman di berbagai tempat terjadi, peristiwa-peristiwa tersebut menunjukkan dengan gamblangnya kepada kita betapa rendahnya kualitas budi pekerti sebagian dari bangsa ini. Dan dari peritiwa itu juga ‘sudah semestinya’ kita mempertanyakan kembali efektivitas pendidikan secara umum dan pendidikan budi pekerti khususnya.
Dalam kesempatan yang sangat tepat ini perlu direnungkan kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan budi pekerti.
1. Pengertian Budi Pekerti
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti "Budi Pekerti." Kata Budi Pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari kata "budi" dan "pekerti". Perkataan "budi" berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti "yang sadar" atau "yang menyadarkan" atau "alat kesadaran". Pekerti berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti "kelakuan".
Menurut arti istilah: kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti; "budi" ialah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio, yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang disebut behavior (tingkah laku). Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.
Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.
Jelas bahwa kedua istilah di atas hanya berbeda dalam kata/asal istilah tersebut diambil, dan sama dalam esensi makna. Kalau istilah Budi Pekerti diambil dari bahasa Sansekerta sedangkan akhlak dari bahasa Arab.
2. Sumber-sumber Budi Pekerti
Dalam mencari norma-norma budi pekerti kita dapat berpedoman kepada sumber-sumber: a) agama, b) negara, c) masyarakat, d) pribadi, dan e) filsafat dan ilmu. Dari kelima sumber, sumber standar yang paling banyak dipakai dan memiliki sifat universal (berlaku di mana dan kapan saja) adalah agama.
Walaupun pada setiap agama terdapat beberapa macam hukum dan peraturan yang berbeda, tetapi baik agama Islam, Kristen, maupun Budha, semuanya mengajarkan norma-norma budi pekerti. Semuanya mengajarkan hak-hak manusia dan rasa kasih sayang kepada sesama manusia, sesama mahluk Tuhan. Berdusta, mencuri, berzina, membunuh atau menganiaya sesama manusia adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan menyalahi hukum Tuhan.
Agama memiliki ajaran tentang prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik-buruk dan ajaran tentang tingkah laku yang baik dan tingkah laku yang buruk. Agama Islam, misalnya dengan jelas mendasarkan diri semua ajarannya terutama tentang berbudi pekerti, kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Dan sebagai contoh atau tauladan nyata bagi manusia dalam berbudi pekerti adalah Nabi Muhammad Saw sebagai uswatun hasanah (suri tauladan yang baik). Dikatakan bahwa budi pekerti Rasulullah Saw. adalah Al-Quran itu sendiri, dalam arti bahwa akhlak Rasulullah itu ialah mempraktekkan ajaran Al-Quran, tentang perintah, larangan, janji dan ancaman, kesemuanya didasarkan kepada Al-Quran.
Kedudukan budi pekerti (akhlak) dalam agama Islam adalah identik dengan pelaksanaan ajaran agama Islam itu sendiri dalam segala bidang kehidupannya. Demikianlah, agama merupakan sumber-sumber yang paling kaya raya akan norma-norma budi pekerti yang berlaku di zaman dahulu hingga sekarang ini. Bahkan, dapat dikatakan bahwa norma-norma budi pekerti yang belaku dalam masyarakat dan negara dari zaman dahulu sampai sekarang sebagian besar berasal dari agama.
3. Acuan Nilai Pendidikan Budi Pekerti
Isi pendidikan budi pekerti merujuk kepada nilai-nilai agama, nilai-nilai yang terkandung dalam UUD 1945, dan nilai-nilai yang hidup, tumbuh dan berkembang dalam adat istiadat masyarakat Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Secara kurikuler isi pendidikan budi pekerti pada dasarnya terdiri atas: (1) nilai-nilai esensi budi pekerti dan (2) wahana pendidikan budi pekerti yang merupakan substansi dan proses pendidikan mata pelajaran yang relevan. Nilai-nilai esensial budi pekerti adalah sejumlah konsep nilai dan perilaku yang secara substantif dinilai sebagai substansi utama budi pekerti, antara lain sebagaimana yang telah dirumuskan dalam "Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur" sebanyak 56 butir, yang diterbitkan oleh Balai Pustaka (1999).
Setelah diadakan pengkajian dan rekonseptualisasi terhadap nilai-nilai tersebut dirumuskan sebanyak 82 butir nilai yang masing-masing mencakup sejumlah nilai sebagai berikut.
1) Nilai Budi Pekerti
1. Beriman 41. Rasa percaya diri
2. Saleh 42. Rela Berkorban
3. Berani Memikul Resiko 43. Rendah Hati
4. Berdisiplin 44. Sabar
5. Bekerja Keras 45. Setia
6. Berhati Lembut 46. Sikap Adil
7. Berinisiatif 47. Sikap Hormat
8. Berhati Lapang 48. Sikap Tertib
9. Berpikiran Jauh ke Depan 49. Sopan Santun
10. Bersahaja 50. Sportif
11. Bersemangat 51. Susila
12. Bersifat Konstruktif 52. Tangguh
13. Bersyukur 53. Tegas
14. Bertanggung Jawab 54. Tepat Janji
15. Bertenggang Rasa 55. Terbuka
16. Bijaksana 56. Ulet
17. Cerdas 57. Kesatria
18. Cermat 58. Beradab
19. Dinamis 59. Rasa Indah
20. Efisien 60. Rasa Memiliki
21. Gigih 61. Rasa Kehati-hatian
22. Hemat 62. Komitmen
23. Jujur 63. Menghargai Pendapat lain
24. Berkemauan Keras 64. Rasa Malu
25. Kreatif 65. Empati
26. Kukuh Hati 66. Berkepribadian
27. Lugas 67. Manusiawi
28. Mandiri 68. Antisipatif
29. Mawas Diri 69. Sikap Nalar
30. Menghargai Karya Orang Lain 70. Semangat Kebersamaan
31. Menghargai Kesehatan 71. Demokrasi
32. Menghargai Waktu 72. Taat Azas
33. Pemaaf 73. Ikhlas
34. Pemurah 74. Kosmopolitan
35. Pengabdian 75. Amanah
36. Pengendalian Diri 76. Kesiapan
37. Produktif 77. Tegar
38. Rajin 78. Mencintai Ilmu
39. Ramah Tamah 79. Patriotik
40. Rasa Kasih Sayang