ALTERNATIVE ASESSMENT


A.    Pengertian
Asesment alternatif adalah suatu bentuk asesmen hasil belajar yang merupakan alternatif dari bentuk asesment yang secara tradisional dilakukan di sekolah, terutama alternatif dari suatu bentuk asesment konvensional berupa tes kertas dan pensil atau asesment alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non tradisional untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar siswa. Istilah non tradisional yang digunakan dalam konteks pengertian di atas terutama adalah tes kertas pensil (pencil and paper test), atau lebih khusus lagi adalah tes buku yang menggunakan perangkat tes objektif.
Adakalanya istilah asesment alternatif diidentikkan dengan istilah lain yaitu asesment otentik atau asesment kinerja. Lebih spesifik asesment otentik diartikan sebagai proses penilaian kinerja prilaku siswa secara multidimensional pada situasi nyata. Sedangkan asesment kinerja secara sederhana didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan, melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk.
Asesment alternatif dianggap sebagai upaya utuk mengintegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran. Dengan asesment alternatif ini, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang tidak menarik dan bukan merupakan bagian terpisahkan dari proses pembelajaran.

B.     Sejarah Lahirnya Asesment Alternatif
Asesment alternatif muncul sekitar tahun 1980an. Pada tahun 1980-an timbul kritik terhadap kelemahan-kelemahan tes buku yang menggunakan perangkat tes objektif.  Tes buku banyak mendominasi di persekolahan dan merupakan bagian yang “terisolir” dari proses pembelajaran secara keseluruhan. Maksudnya, tes buku tidak dianggap sebagai bagian dari kegiatan proses pembelajaran secara keseluruhan. Tes buku didasarkan pada prisip-prinsip validitas, realibilitas, keadilan, dan kemanfaatan.

C.    Teori psikologi dalam penggunaan Asesment alternatif
Terdapat beberapa teori psikologi yang dapat dijadikan landasan bagi penggunaan Asesment alternatif, yaitu :
1.      Teori fleksibilitas kognitif
Teori ini dikembangkan oleh R. Spiro ( 1990), teori ini beranggapan bahwa hakekat belajar itu kompleks dan tidak terstruktur. Belajar menghasilkan kemampuan secara spontan dalam melakukan restrukturisasi pengetahuan yang telah dimiliki, guna merespon perubahan atau kenyataan yang dihadapi atau tuntutan situasi seketika. Menurut teori ini proses belajar tidak pernah berakhir karena harus selalu menyesuaikan dengan situasi yang berubah-ubah atau yang dikatakan sebagai learniang context-dependent.
2.      Tes Asesment kinerja (performance Assesment)
Performance Asesment merupakan penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemostrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan yang mendalam, serta keterampilan di berbagai macam konteks. Jadi performace assesment adalah: suatu pengetahuan yang meminta peserta tes untuk mendemonstrasikan pemahaman dan pengaplikasian pengetahuan ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan .
a.       Langkah-langkah penilaian kinerja
§  Melakukan identiufikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan/ yang akan mempengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik.
§  Menuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (out put) yang terbaik.
§  Membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas.
§  Mendefinisikan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati (observable)/ karakteristik produk yang dihasilkan.
§  Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati
§  Kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan.
b.      Metode yang dapat digunakan
§  Metode holistik, digunakan apabila para penskor (rater) hanya memberikan satu buah skor/ nilai (single rating) berdasarkan penilaian mereka secara keseluruhan atas hasil kinerja.
§  Metode analytic, para penskor memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang dinilai.
c.   Asesmen kinerja setidak-tidaknya memiliki tiga ciri umum yaitu:
1.      Multi kriteria
Kinerja siswa harus menggunakan penilaian yang lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen siswa, sintaksis dan kosakata.
2.      Standar kualitas yang spesifik
Masing-masing kriteria kinerja siswa dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja siswa.
3.      Adanya judgement penilaian
Tes baku yang menggunakan perangkat  tes objektif, menggunakan penilaian dengan angka-angka yang dapat diolah dengan menggunakan komputer atau mesin tanpa membutuhkan penilaian yang bersifat manusia (judgement dari penilai).
d.   Beberapa alasan mengapa asasmen kinerja digunakan, yaitu :
1.      ketidakpuasan dengantes jawaban seleksi
2.      Pengaruh dari psikologi kognitif
3.      kadang-kadang pengajaran yang kurang baik sebagai akibat dari tes yang konvensional



e.   Asamen kinerja memiliki kelebihan yaitu :
1.      dapat mengevaluasi hasil belajar yang komples dan keterampilan-keterampilan yang tidak dapat dievaluasi dengan tes tradisional kertas dan pensil.
2.      menyajikan suatu evaluasi yang lebih hakiki langsung dan lengkap dari beberapa tipe keterampilan mengungkapkan alasan, keteramilan lisan danketerampilan fisik.
3.      menyajikan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa dengan tujuan-tujuan yang jelas dan membuat pengajaran yang lebih berarti.
4.      mendorong aplikasi pengajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
f.    Adapun kelemahan asesmen kinerja yaitu :
1.        Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan dalam pengguanaannya.
2.        Penilaian dan penskoran kinerja subjektif memberatkan dan secara tipikal memiliki realibilitas yang rendah.
3.        Frekuensi melakukan evaluasi secara individual harus lebih daripada dalam kelompok.
g.   Tugas-tugas asasmen kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk :
1.      Computer adative testing (sepanjang tidak berbentuk tes objektif) yang menuntut paserta tes untuk mengekspresikan diri sehingga dapatmenunjukkan tingkat kemampuan yang nyata.
2.      Tes pilihan ganda yang diperluas, yaitu bentuk tes objektif ini  dapat digunakan apabila tes tidak sekedar memilih jawaban yang dianggap benar. Tes ini harus menuntut siswa berpikir tentang alasan mengapa memilih jawaban tersebut sebagai jawaban yang benar.
3.      Exstended-response atau open ended question dapat digunakan asal tidak hanya menuntut adanya sati jawaban benar yang terpola
4.      Group performance assesment yaitu tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa secara berkelompok
5.      Individual performance assesment yaitu tugas-tugas individual yang harus diselesaikan secara mandiri.
6.      Interview yaitu, siswa harus merespon pertanyaan-pertanyaan lisan dari guru.
7.      Non traditional test items yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tapi merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan siswa memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
8.      Observasi, meminta siswa melakukan suatu tugas.
9.      Portofolio yaitu suatu kumpulan hasil karya siswa yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.
10.  Project exhibition or demonstration, yaitu menyelesaikan tugas-tugas yang komplek dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkat tertentu pula.
11.  Short answer, open ended menuntut jawaban singkat dari siswa tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan jawaban yang disediakan.